SAIYEG SAEKA PRAYA

Featured image

BAGAWAN KESAWASIDI perantara rahmat turunnya Wahyu MAKUTHARAMA pada HARJUNA berupa wejangan HASTABRATA (Hasta=delapan; Brata=Bakti, Bathara) watak, sifat, sikap dasar seorang Raja, Presiden, Gubernur, Bupati, Pemimpin Organisasi, Ksatria (kader) pewaris Astinapura yang dipercaya adalah wilayah NUSANTARA, Indonesia Raya (Samrad-imperium). https://nakulasahadewa.wordpress.com/2014/09/25/wahyu-sri-makutha-romo/#more-183 Baca lebih lanjut

REBUT KIKIS TUNGGARANA

REBUT KIKIS TUNGGARANA

GATOTKACA dan BOMA NARA KASURA generasi penerus sisi kanan pewayangan tidak pernah menyatu dalam “capaian akhir”, kesempurnaan hidup. BOMA putra Prabu KRESNA dengan Dewi Pertiwi (Ibu Bumi) sehingga ia juga dikenal dengan sebutan Boma (Sanskerta: भौमासुर; Bhaumāsura), yang bermakna “anak Bumi”. Prabu Kresna sutradara Perang Bharata Yudha, dan dengan memiliki aji Pancasona BOMA merasa lebih mempunyai hak menjadi JAGO, senapati perang. Sementara GATOTKACA yang sempat menjadi JAGO para Dewa ‘pinilih lan pininta’ dipilih dan diminta sebagai senapati penentu kemenangan Pandhawa atas kerelaannya gugur terkena KUNTA JAYANDANU. Baca lebih lanjut

SABDO PANDITO RATU

SABDO PANDITO RATU

PRABU DASARATA mengucap janji pada DEWI KEKAYI mengangkat Bharata sebagai putra mahkota, mengasingkan, menggantikan Rama Legawa (Ramawijaya) menduduki tahta singgasana Ayodya dan PRABU SENTANU mengucap janji pada DEWI SETYOWATI (Durgandini) menobatkan Citranggada dan Citrawirya anak-anak Dewi Setyawati – Abhiyasa  bertahta di Astinapura menggantikan dan menempatkan Dewabrata sebagai Wasu, Brahmacari (Resi Bisma). Prabu Dasarata dan Prabu Sentanu gambaran Raja (dan juga setiap orang) yang terimbas oleh ucapan (Sabda, ucapan=Cakra) sendiri. SABDO PANDITO RATU, DATAN BISA WOLA WALI (Sabda Tama, Sabda Raja, Sabda Pandita harus dilaksanakan, terlaksana pantang ditarik kembali, apalagi ditentang – malati – kuwalat). Baca lebih lanjut

ANAK POLAH BAPA KEPRADAH

ANAK POLAH BAPA KEPRADAH

 

 

DEWASRANI, putra BATARI DURGA-BATARA GURU merengek kepada ibunya supaya memisahkan perkawinan ARJUNA-BATARI DRESANALA putri BATARA BRAMA–DEWI SARASWATI, BATARA NARADHA tidak setuju. Brama meminta Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak didapuk penari utama. Brama memaksa Dresanala mengugurkan janinnya, Dresanala melahirkan sebelum waktunya. Durga dan Dewasrani menjemput Batari Dresanala sebagai istrinya, sementara Brama membuang bayi yang baru lahir itu ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Baca lebih lanjut