WATUGUNUNG

PRABU WATUGUNUNG putra Prabu Palindriya, raja negara Purwacarita, ibunya Dewi Sinta menjadi istrinya (Babat Tanah Jawa). Dari rahim Dewi Sinta lahir 27 anak laki-laki 13 kembar. Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Wariagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasiya, Julungpujud, Pahang, Kuru Welut, Marakeh, Tambir, Medangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prabangkat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dukut.

Mengetahui Prabu Watugunung punya ciri luka dikepala (=Sangkuriang-Da Hyang Su Umbi, https://www.pixoto.com/images-photography/people/couples/dayang-sumbi-and-sangkuriang-83203349, adalah putra sendiri, Dewi Sinta minta, Prabu Watugunung menyerang Suralaya untuk memperistri Dewi Sri. Dengan bantuan Prabu Satmata, Medangkamulan yang dibantu putranya, Prabu Sri Mahapunggung, penjelmaan Batara Wisnu, Prabu Watugunung tewas. Batara Guru berjanji kedua isteri dan 27 anaknya akan diangkat ke surga, pengangkatannya dilaksanakan setiap minggu mulai Dewi Sinta dan Dewi Landep. (=30 WUKU, Horoscope).

Dalam ajaran Sunda, Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manikmaya yang lebih dikenal sebagai Aji Tirem (Aki Tirem) atau Aji Saka Purwawisesa, adalah ayah  Sang Sri Rama Mahaguru Ratu Rasi Prabhu Shindu La-Hyang/Sang Hyang Tamblegmeneng mempunyai anak Da Hyang Su-Umbi=Dayang Sumbi-Situmang, berputera Sangkuriang. Sang Hyang Tamblegmeneng menata sistem pemerintahan dengan pola karatuan  (kerajaan) yang pertama di dunia, terkenal dengan konsep SITUMANG (Rasi-Ratu-Rama-Hyang), perlambangan “anjing” (tanda kesetiaan). Sundayana disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung (Guru Besar/Batara Guru), lebih dikenal dengan sebutan Sangkuriang atau Sang “Guriang” yang artinya “Guru Hyang”. Ajaran Prabhu Shindu atau Sinta = Sintho (di Jepang) dan di India Shindu menjadi HINDU adalah ajaran ‘budhi-pekerti’ dan ketata-negaraan yang disebut sebagai La-Hyang Salaka Domas dan La-Hyang Salaka Nagara. (sumber wiki, http://wisnu93.blogspot.com/2013/11/agama-sunda-sundanese-religion-history.html). Termasuk syarat suatu negara dan pemerintahannya.

Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa capres PDI-P Joko Widodo berpeluang memenangi Pilpres 2014 dalam satu putaran. Perkiraan hasil survei yang menempatkan Jokowi dalam posisi teratas yakni 32,9 persen. (REPUBLIKA.CO.ID). Sementara peneliti CSIS Tobias Basuki menyatakan tanpa penetapan Jokowi sebagai capres, elektabilitas PDI-P di angka 17,6 %. Namun, jika PDI-P mencalonkan Jokowi sebagai presiden, presentasenya naik di angka 29,6%. (Kompas.com, Minggu, 1/12/ 2013)

Hasil Quick Count hanya mencapai 19.92% dibawah perkiraan 29,6% apalagi 32,9%, tidak memungkinkan PDIP mencalonkan Capres dan Cawapres sendiri, dengan hasil 33% pileg tahun 7/6/1999 yang lalu-pun PDIP hanya menduduki Wapres, Gus Dur yang memimpin, untuk pemilu 2014 ini, bersediakah menempati posisi yang sama?. Puan diberitakan mengusir Jokowi karena sosoknya ternyata tak berimbas positif mendongkrak suara partai. Pada berita koran berbahasa Ingrris itu disebutkan antara Puan dan Jokowi saling tuding terkait dengan perolehan suara PDIP yang tidak sampai 20 persen. Dalam berita itu juga disebutkan Megawati meneteskan air mata saat dua pihak berdebat. (Jakarta Post Sabtu, 12/4/2014). “Ah, ndak ada,” tampik Jokowi (13/4/2014).

Bila benar perkiraan 32,9% dicapai pencapresan  PDIP bisa berubah sesuai kewenangan Ketua Umum, Jokowi-Puan. Kalau pun kelak setelah Pileg akhirnya duet Megawati-Jokowi yang ditetapkan sebagai capres dan cawapres PDIP …, belum tentu juga arus bawah dan pendukung Jokowi, akan menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Megawati-Jokowi. (M Alinapiah Simbolon)

Terkait pemasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (koalisi), Kristiadi menilai dibutuhkan sikap negarawan oleh Aburizal Bakrie. Mengingat peluang kedua tokoh tersebut besar, dan sangat kecil kemungkinan menang dalam Pilpres, Aburizal harus legowo mempersilahkan JK maju mendampingi Jokowi. (Rima News, Thu, 12/09/2013)

Konsep tatanan Rasi, Ratu, Rama dan Hyang yang tersimpan dalam, dalam Salaka Domas dan Salaka Nagara sejajar dengan Hasta Brata, Sri Makutha Rama, ajaran sikap perilaku Hambeging Narendra Tama Nusantara perlu “ditandhing” (diuji) apakah sudah dimiliki oleh setiap calon presiden mendatang. Tanpa landasan itu, koalisi hanya akan tawar-menawar bagi bagi kekuasaan yang dipercayakan rakyat kepada mereka, ujungnya adalah nepotisme pembentukan clan/dinasty penguasa.

Perlu sikap legowo para kandidat untuk bersedia duduk dalam profesinya dan menyerahkan kursi Presiden pada mereka yang “Pinilih lan Pininta”, “dipilih dan diminta” memahami Hasta Brata, setia pada janji profesinya, SITUMANG yang menempatkan makna Rasi, Ratu, Rama dan Hyang dalam konsep ketatanegaraan. Rasi/Datu, disebut “Karesian/Kadatuan atau Kedaton”, berkedudukan sebagai pengelola kebajikan. Ratu, Keratuan/Keraton, berkedudukan sebagai pengelola kebijakan. Rama disebut “karamat” atau sering disebut sebagai “kabuyutan”, berkedudukan sebagai pembentuk kebijakan dan kebajikan. Yudikatif, Eksekutif dan Legislatif yang menempatkan Tuhan sebagai Hyang, Pa-Ra-Hyang sumber ajaran kebijakan dan kebajikan, Parahyangan.

Dalam “Tahta untuk Rakyat”, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, “ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav”- “setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun jua tetap Jawa”, http://killtheblog.com/2011/01/22/membaca-tahta-untuk-rakyat/ menandaskan makna Hamengku lebih pada penghargaan dan penjunjungan akan nilai-nilai dan harkat kemanusiaan yang menjadi tekad seorang Pemimpin untuk melayani bukan dilayani. Hamangku menitik beratkan pada pengayoman, penerapan asas-asas keadilan, memberi semangat dan motivasi, serta konsistensi dalam penegakkan hukum. Sedangkan Hamangkoni adalah fungsi keteladanan, dimana Pemimpin harus menempatkan dirinya sebagai teladan atau panutan pada kaum yang dipimpinnya.

Masih banyak kearifan lokal yang bisa diangkat untuk demokratisasi, yang sarat dengan musyawarah dan mufakat, landasan budaya yang membawa kepuncak keharuman bangsa masa lalu perlu dilestarikan, dikembangkan dan jangan pernah ditinggalkan. Sumangga!!. Rahayu!. Ki Sardjito.

Tinggalkan komentar